Memang benar, Manusia tak Pernah Merasa Puas
Tersentak hati ini, ketika membaca postingan mbak lianny dengan judul Manusia tak pernah merasa puas. Saya sangat terkesan dengan tulisan ini karena mampu menyentuh relung hati saya untuk kembali merenungi diri. Sentilan ringan yang berkaca pada diri sendiri namun mampu mengajak para pembaca untuk menginstropeksi diri, termasuk juga diri saya. Tak terasa dan tak pernah merasakan, ternyata selama ini saya termasuk dalam lingkaran manusia-manusia yang tak pernah merasa puas atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Manusia yang terkadang keinginannya sangat membingungkan dan susah dimengerti.
Seperti ilustrasi yang dituliskan mbak lianny, saat kecil ingin cepat besar, begitu dewasa ternyata ingin menjadi anak kecil lagi, atau ilustrasi ketika musim kemarau ingin hujan, ketika hujan datang, eh malah tak suka dan ingin kemarau lagi. Memang benar adanya, jika manusia takkan merasa puas dengan apa yang dimiliki dan dihadapi. Dan masih banyak lagi kondisi atau keadaan di mana kita sebagai manusia takkan pernah merasa puas. Misalnya, ketika miskin kita minta kaya, setelah kaya eh ternyata malah menggerutu karena tak pernah merasakan hidup santai seperti saat miskin dulu. Atau ilustrasi laian yang mungkin sering kita alami namun kita tak pernah menyadarinya, seperti cerita ini
” ada sebuah keluarga baru yang tinggal di kos. Lalu sang istri berdoa, ya Tuhan berilah kami ruang agak luas, sebuah kontrakan saja. setahun kemudian, Tuhan mengabulkannya. Maka ditempatilah sebuah kontrakan kecil yang cukup untuk tempat tinggal sekeluarganya. Suatu ketika sang istri mengeluh lagi pada suaminya. “pak, seandainya saja kita bisa nyicil rumah, yang kecil saja gak papa, yang penting nggak ngontrak lagi, tentu ibu sangat bahagia”. Suatu saat dikabulkan permintaan sang istri oleh Tuhan, dan dimilikilah sebuah rumah mungil yang masih berdindigkan kayu. Selang beberapa waktu, sang istri berkata lagi: pak, coba saja kita punya rumah gedongan pasti tetangga takkan mencibir dan meremahkan kita.”
Nah, sampai kapan sang istri sampai pada titik puas dalam hal tempat tinggal????hingga detik ini, kita harus mengintropeksi diri lagi, sudahkah kita merasa puas bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita???harusnya kita tak pernah merasa puas dalam dua hal yaitu menuntut ilmu dan beramal sholeh.Bukankah begitu?
Terima kasih, telah diingatkan untuk bersyukur memalui tulisan mbak yang satu ini. Semoga tulisan mbak lianny ini bisa menggugah nurani para pembaca dan meraba kembali apa arti hakiki kepuasan bagi manusia di dunia ini.
umur putri mbak: 6 tahun
“Postingan ini diikutsertakan untuk memeriahkan GA Blog www.liannyhendrawati.com.”
Aku juga masih terus belajar untuk mensyukuri hidup dalam setiap keadaan. Makasih sudah ikutan 🙂
iya mak, sama-sama, sukses ya buat GAnya